GRANIT
Granit merupakan salah
satu batuan beku, yang bertekstur granitik dan struktur holokristalin, serta
mempunyai komposisi kimia ±70% SiO2 dan ±15% Al2O3, sedangkan mineral lainnya
terdapat dalam jumlah kecil, seperti biotit, muskovit, hornblende, dan piroksen.
Umumnya granit berwarna putih keabuan, Sebagai batu hias warna granit lainnya
adalah merah, merah muda, coklat, abu-abu, biru, hijau, dan hitam, hal ini
tergantung pada komposisi mineralnya.
Granit merupakan batuan
beku asam plutonik atau terbentuk dan membeku dalam kerak bumi. Bentuk cebakan
yang terjadi dapat berupa dike, sill, atau dalam bentuk masa yang besar dan
tidak beraturan. Batuan lelehan dari granit disebut rhiolit, yang mempunyai
susunan kimia dan mineralogy yang sama dengan granit tetapi tekstur dan
strukturnya berlainan.
Granit mempunyai sumber
cadangan yang potensial, namun sampai saai ini belum banyak yang ditambang.
Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.
ZEOLIT
Zeolit
alam merupakan senyawa alumino silikat terhidrasi, dengan unsur utama yang
terdiri dari kation alkali dan alkali tanah. Senyawa ini berstruktur tiga
dimensi dan mempunyai pori yang dapat diisi oleh molekul air.
Mineral zeolit yang
paling umum dijumpai adalah klinoptirotit, yang mempunyai rumus kimia
(Na3K3)(Al6Si30O72).24H2O. Ion Na+ dan K+ merupakan kation yang dapat
dipertukarkan, sedangkan atom Al dan Si merupakan struktur kation dan oksigen
yang akan membentuk struktur tetrahedron pada zeolit. Molekul-molekul air yang
terdapat dalam zeolit merupakan molekul yang mudah lepas.
Zeolit alam terbentuk
dari reaksi antara batuan tufa asam berbutir halus dan bersifat riolitik dengan
air pori atau air meteorik
Penggunaan zeolit adalah untuk bahan baku water treatment, pembersih limbah cair dan rumah tangga, untuk industri pertanian, peternakan, perikanan, industri kosmetik, industri farmasi, dan lain-lain. Zeolit terdapat di beberapa daerah di Indonesia yang diperkirakan mempunyai cadangan zeolit sangat besar dan berpotensi untuk dikembangkan, yaitu Jawa Barat dan Lampung
Penggunaan zeolit adalah untuk bahan baku water treatment, pembersih limbah cair dan rumah tangga, untuk industri pertanian, peternakan, perikanan, industri kosmetik, industri farmasi, dan lain-lain. Zeolit terdapat di beberapa daerah di Indonesia yang diperkirakan mempunyai cadangan zeolit sangat besar dan berpotensi untuk dikembangkan, yaitu Jawa Barat dan Lampung
BATU KAPUR/GAMPING
Batu kapur (Gamping)
dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau
secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara
organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput,
foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang.
Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam,
tergantung keberadaan mineral pengotornya.
Mineral karbonat yang
umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur adalah aragonit (CaCO3), yang
merupakan mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah
menjadi kalsit (CaCO3). Mineral lainnya yang umum ditemukan berasosiasi dengan
batu kapur atau dolomit, tetapi dalam jumlah kecil adalah Siderit (FeCO3),
ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3).
Penggunaan batu kapur
sudah beragam diantaranya untuk bahan kaptan, bahan campuran bangunan, industri
karet dan ban, kertas, dan lain-lain.
Potensi batu kapur di
Indonesia sangat besar dan tersebar hampir merata di seluruh kepulauan
Indonesia. Sebagian besar cadangan batu kapur Indonesia terdapat di Sumatera
Barat.
PASIR BESI
Secara umum pasir besi
terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral
non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan
tourmalin. mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit,
ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup
penting merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi
terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik volkanik.
Kegunaannya pasir besi
ini selain untuk industri logam besi juga telah banyak dimanfaatkan pada
industri semen. Pasir besi ini terdapat seperti di Sumatera, Lombok, Sumbawa,
Sumba, Flores, dan Timor.
BATU APUNG (PUMICE)
Batu apung (pumice)
adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih yang terbuat dari
gelembung berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai batuan gelas
volkanik silikat.
Batuan ini terbentuk dari
magma asam oleh aksi letusan gunungapi yang mengeluarkan materialnya ke udara,
kemudian mengalami transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai
batuan piroklastik. Batu apung mempunyai sifat vesicular yang tinggi,
mengandung jumlah sel yang banyak (berstruktur selular) akibat ekspansi buih
gas alam yang terkandung di dalamnya, dan pada umumnya terdapat sebagai bahan
lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi gunungapi. Sedangkan mineral-mineral
yang terdapat dalam batu apung adalah feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit,
dan tridimit.
Jenis batuan lainnya yang
memiliki struktur fisika dan asal terbentuknya sama dengan batu apung adalah
pumicit, volkanik cinter, dan scoria.
Didasarkan pada cara
pembentukan, distribusi ukuran partikel (fragmen), dan material asalnya, batu
apung diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu: sub-areal, sub-aqueous,
new ardante, dan hasil endapan ulang (redeposit).
Sifat kimia dan fisika
batu apung antara lain, yaitu: mengandung oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, Na2O, K2O,
MgO, CaO, TiO2, SO3, dan Cl, hilang pijar (Loss of Ignition) 6%, pH 5, bobot
isi ruah 480 – 960 kg/cm3, peresapan air (water absorption) 16,67%, berat jenis
0,8 gr/cm3, hantaran suara (sound transmission) rendah, rasio kuat tekan terhadap
beban tinggi, konduktifitas panas (thermal conductivity) rendah, dan ketahanan
terhadap api sampai dengan 6 jam.
Keterdapatan batu apung selalu berkaitan dengan rangkaian gunungapi berumur Kuarter sampai Tersier. Penyebaran meliputi daerah Serang, Sukabumi, Pulau Lombok, dan Pulau Ternate.
Keterdapatan batu apung selalu berkaitan dengan rangkaian gunungapi berumur Kuarter sampai Tersier. Penyebaran meliputi daerah Serang, Sukabumi, Pulau Lombok, dan Pulau Ternate.
BATU BARA
Batubara merupakan batuan
hidrokarbon padat yang terbentuk dari tetumbuhan dalam lingkungan bebas
oksigen, serta terkena pengaruh tekanan dan panas yang berlangsung sangat lama.
Proses pembentukan (coalification) memerlukan jutaan tahun, mulai dari awal
pembentukan yang menghasilkan gambut, lignit, subbituminus, bituminous, dan
akhirnya terbentuk antrasit.
Di Indonesia, endapan
batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di
bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada
umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda, yang dapat dikelompokkan
sebagai batubara berumur Tersier Bawah dan Tersier Atas.
Potensi batubara di
Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera,
sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah
kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi.
MARMER
Marmer atau batu pualam
merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau malihan dari batu gamping.
Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen menyebabkan terjadi
rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non
foliasi.
Akibat rekristalisasi
struktur asal batuan membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Marmer
Indonesia diperkirakan berumur sekitar 30–60 juta tahun atau berumur Kuarter
hingga Tersier.
Marmer akan selalu
berasosiasi keberadaanya dengan batugamping. Setiap ada batu marmer akan selalu
ada batugamping, walaupun tidak setiap ada batugamping akan ada marmer. Karena
keberadaan marmer berhubungan dengan proses gaya endogen yang mempengaruhinya
baik berupa tekan maupun perubahan temperatur yang tinggi. Di Indonesia
penyebaran marmer tersebut cukup banyak, seperti dapat dilihat pada
Penggunaan marmer atau
batu pualam tersebut biasa dikategorikan kepada dua penampilan yaitu tipe
ordinario dan tipe staturio. Tipe ordinario biasanya digunakan untuk pembuatan
tempat mandi, meja-meja, dinding dan sebagainya, sedangka tipe staturio sering
dipakai untuk seni pahat dan patung
GRAFIT
Grafit umumnya berwarna
hitam hingga abu-abu tembaga, kekerasan 1 – 2 (skala Mohs), berat jenis 2,1 –
2,3, tidak berbau dan tidak beracun, serta tidak mudah larut, kecuali dalam
asam hidroflorik atau aqua regia mendidih. Proses dekomposisi berlangsung
lambat pada suhu 6000C dan dalam kondisi oksida atau pada suhu 3.5000C bila
kondisi bukan oksida.
Grafit adalah mineral
yang dapat berasal dari batuan beku, sedimen, dan metamorf. Secara kimia,
grafit sama dengan intan karena keduanya berkomposisi karbon, yang
membedakannya adalah sifat fisik. Intan dikenal sangat keras, langka, dan
transparan, sedangkan grafit agak lunak, mudah ditemukan, dan opak.
Menurut Kuzvart (1984) grafit dapat terjadi
secara proses magnetik awal, kontak magmatik, hidrotermal, metamorfogenik, dan
residual. Belum ditemukan daerah yang berpotensi di Indonesia. Sampai saat ini
Indonesia masih megimpor grafit.
0 Response to "BAHAN GALIAN"
Posting Komentar